Beberapa hari terakhir, kualitas udara di Jakarta mendapat keluhan dari masyarakat. Bahkan, kualitas udara di Jakarta tercatat masuk dalam kondisi tidak sehat.
Berdasarkan data dari Nafas Indonesia, polusi udara di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten menjadi juaranya.
Tangsel menduduki peringkat pertama sebagai kota paling berpolusi di Indonesia. Selama tujuh hari terakhir, terhitung sejak 23 hingga 30 Mei, polusi udara di Tansel jauh di atas kota Jakarta. Bahkan, kualitas udaranya jauh di atas rekomendasi WHO.
Sementara berdasarkan data resmi IQR, DKI Jakarta menduduki peringkat kedua dan masuk kategori berwarna merah atau tidak sehat, sedangkan berdasarkan laporan kualitas udara dunia IQR pada 2 Juni 2023, Indonesia menempati peringkat teratas sebagai negara paling berpolusi.
Untuk melihat kategori indeks kualitas udara, ada sejumlah kategori yang masuk di dalamnya yakni 0 sampai 50 itu masuk dalam kondisi baik, 51 sampai dengan 100 itu sedang, 101 sampai 150 tidak baik untuk kelompok sensitif, kemudian 151 sampai dengan 200 itu tidak sehat, 201 sampai dengan 300 sangat tidak sehat, 301 sampai dengan 500 atau lebih itu sangat berbahaya.
Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Erlang Samoedro mengatakan, tingginya polusi udara harus menjadi perhatian serius. Hal itu karena dapat menyumbang masalah bagi penyakit kronis.
"Polusi udara salah satu penyumbang untuk predisposisi terjadinya penyakit-penyakit yang kronik, seperti penyakit jantung, stroke kemudian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)," ujar Erlang dalam Selamat Pagi Indonesia, Metro TV, Jumat 2 Juni 2023.
Meski kualitas cuaca di Indonesia buruk, Erlang mengimbau kepada warga untuk tetap tidak takut untuk beraktivitas di luar ruangan seperti berolahraga. Namun, sebelum berolahraga sebaiknya mengecek kondisi udara terlebih dahulu. Jika memiliki penyakit bawaan, ia menyarankan untuk memakai masker ketika berkativitas di luar ruangan.
(M. Khadafi)