Istana memastikan cawe-cawe yang dilakukan Presiden Joko Widodo adalah untuk kepentingan bangsa dan negara. Namun sikap Jokowi yang menunjukkan berbagai manuver politik dianggap telah menunjukkan keberpihakan yang menjadi dasar kekhawatiran akan tidak netralnya presiden dalam pilpres 2024.
Ucapan Presiden Joko Widodo yang mengakui dirinya turut cawe-cawe mengundang respons dari berbagai pihak, termasuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Bakal Calon Presiden Koalisi Perubahan, Anies Baswedan mengungkapkan ada kekhawatiran yang muncul soal politik cawe-cawe Presiden Joko Widodo dalam kontestasi politik 2024. Anies menyebut masyarakat khawatir akan tidak netralnya kepala negara dalam pemilu berdampak pada perlakuan tidak adil, seperti penjegalan kepada kubu yang dianggap lawan.
Rektor Universitas Paramadina sekaligus Analis Ekonomi Politik, Didik J Rachbini menyebut kekhawatiran akan tidak netralnya presiden sangat beralasan. Pasalnya, sudah beberapa kali Presiden Joko Widodo melakukan berbagai tindakan yang dianggap berpihak.
Namun Tenaga Ahli Utama Kantor Sekretariat Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin justru mempertanyakan pihak-pihak yang mengkhawatirkan ketidak netralan Presiden Joko Widodo dalam kontestasi Pilpres 2024. Ngabalin menganggap keterlibatan atau cawe-cawe yang dilakukan presiden bukanlah sebuah kesalahan.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memastikan dirinya akan cawe-cawe atau terlibat langsung dalam Pemilu 2024. Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu sejumlah pemimpin media massa di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (29/5/2023).
Pihak Istana menyebut presiden ingin memastikan Pemilu 2024 berlangusng secara demokratis, jujur, dan adil. Presiden berharap pemimpin ke depan dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis, seperti pembangunan IKN, hilirisasi, dan transisi energi bersih.